WeLcOmE tO LaBAn BlogspOt

Minggu, 23 Mei 2010


In Memoriam Hasri Ainun Habibie
Sosok Ibu Sederhana itu Telah Tiada
Asteria
Alm Hasri Ainun Habibie
(inilah.com/Agung Rajasa)

INILAH.COM, Jakarta – Jenazah Ibu Hasri Ainun Habibie Besari rencananya dikebumikan Rabu (26/5) di Jakarta. Indonesia kehilangan mantan ibu negara yang sederhana dan low profile.

Mantan ibu negara itu meninggal dunia di RS Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Grohadern, Munich sekitar sekitar pukul 22.50 WIB semalam. “Innalillahi wa inna ilaihii raajiuun. Telah meninggal Ibu Hasri Ainun Habibie. Mohon doa untuk almarhumah,” demikian informasi dari twitter The Habibie Center yang mengabarkan kepergiannya.

Terbang ke Jerman pada Maret lalu, Ainun berencana memeriksa kondisi kesehatannya. Namun, saat diperiksa, dokter langsung menganjurkan rawat inap bagi wanita kelahiran Semarang 11 Agustus 1937 itu. Ainun pun masuk resmi dirawat pada 24 Maret 2010. Demi kesembuhannya, Ainun sempat menjalani sembilan kali operasi. Empat dari operasi tersebut merupakan operasi utama, sedangkan sisanya adalah eksplorasi. Namun, kondisinya tak kunjung membaik.

Hidupnya bahkan hanya ditopang alat bantu. Melihat situasi yang memburuk, keluarga mantan Presiden Baharuddin Jusuf Habibie akhirnya pasrah dan memutuskan untuk melepas semua alat bantu pada pukul 06.00 waktu Jerman atau 12.00 WIB.

Ainun pun berpulang setelah melewati masa kritis 1 hari. Kepergiannya diiringi keharuan segenap keluarga yang mendampinginya. Demikian pula sang suami, yang merupakan mantan presiden Ke-3 Republik Indonesia Prof Dr Ing Ir Bacharuddin Jusuf Habibie. Ia dikabarkan tak pernah beranjak selama Ainun dirawat.

Tidak dijelaskan apa penyebab kematiannya. Namun, sejak 2002, Ainun memang menderita bronchitis kronis, penyakit yang selalu kambuh di daerah tropis. Selain itu, Ainun juga memilki penyakit katub jantung kronis, yang menyebabkan Ainun hanya boleh melakukan perjalanan penerbangan terbatas selama empat jam.

Jenazah Ibu Ainun Habibie rencananya akan tiba di Jakarta Rabu (26/5) sekitar 07.00 WIB dan langsung dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, sekitar 10.00 WIB. Jenazah baru diberangkatkan Selasa malam waktu setempat, mengingat libur nasional di Jerman Senin. Namun, jenazah Ainun sudah dishalatkan dan dikafani dengan prosesi warga Indonesia maupun Jerman.

Ainun adalah anak ke empat dari delapan bersaudara keluarga H Mohammad Besari, yang bertempat tinggal di Bandung. Garis nasib mengantarnya bertemu dengan perantauan asal Makasar yang juga mahasiswa Institut Teknologi Bandung, BJ Habibie. Ketika itu, Ainun masih menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran, Jakarta.

Meski kisah cinta mereka berlika-liku, yang sempat diakui mirip cerita sinetron Cinta Fitri, Ainun dan Habibie akhirnya dapat melangsungkan pernikahan pada 12 Mei 1962. Dari pernikahannya, ia dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

Perjalanan karir Habibie terus melesat. Dari menteri beranjak ke kursi presiden. Namun, selama menjadi Ibu Negara dari 1998 hingga 1999, Ainin tetap tampil low profile. Dengan setia, ia mendampingi BJ Habibie ketika terjadi kemelut politik di Tanah Air, terutama saat demonstrasi terus meletus di banyak kota.

Di saat Habibie menjadi penggagas demokratisasi dan kebebasan berpendapat, Ainun menjadi penyemangatnya. Sedangkan ketika Habibie dihujat, Ainun beralih menjadi sosok istri yang mendukung.

Almarhumah tercatat mendapat tiga bintang, yaitu Bintang Mahaputra Adipurna, yang diterima pada 28 Mei 1998, Bintang Mahaputera Utama pada 12 Agustus 1982 dan Bintang Mahaputra Adipradana pada 6 Agustus 1998.

Kendati telah tiada, sosok Ainun Habibie sebagai istri maupun ibu teladan yang sederhana berkesan dalam. Baik bagi orang-orang dekatnya maupun bagi masyarakat Indonesia. Selamat jalan… [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar